Posted by Materi Teknik Informatika • Informasi Teknologi Informasi • Digital Marketing on 5/04/2025
Di sebuah pagi yang cerah, di hamparan bukit hijau yang memandang ke lembah subur dengan sawah-sawah berpetak rapi seperti karya seni dari tangan Tuhan, Kang Dedi Mulyadi berdiri di hadapan rakyatnya. Ia bukan sekadar pemimpin, tapi penjaga warisan leluhur, pembawa mimpi yang tumbuh dari akar budaya dan kasih kepada tanah Pasundan.
Dengan ikat kepala putih dan pakaian sederhana khas Sunda, ia menunjuk ke arah cakrawala, tempat matahari perlahan menyinari setiap jengkal bumi Jawa Barat. "Di sana," katanya dengan suara penuh keyakinan, "adalah tempat di mana anak-anak akan tumbuh tanpa takut akan kelaparan, di mana petani kita tidak hanya bercocok tanam, tapi juga bermartabat. Di sanalah Jawa Barat yang istimewa akan lahir."
Ribuan rakyat menyertainya, dari anak-anak muda, ibu-ibu berkebaya, sampai kakek-nenek yang berjalan perlahan—semua menuju impian yang sama. Mereka datang bukan karena diperintah, tapi karena percaya. Percaya pada mimpi Kang Dedi bahwa kemajuan tidak harus membunuh alam, dan kesejahteraan tidak harus mengorbankan jati diri.
Dalam pandangan Kang Dedi, desa bukan objek pembangunan, tapi subjek kehidupan. Alam bukan ladang eksploitasi, tapi rumah yang harus dirawat. Ia ingin membangun Jawa Barat yang berakar pada nilai-nilai lokal, yang menjadikan budaya sebagai kekuatan, bukan sekadar hiasan.
Sawah-sawah itu akan tetap hijau, hutan tetap rindang, dan anak-anak desa tetap bisa menari di tengah lapang, tanpa harus malu dengan identitasnya. Ini bukan utopia. Ini adalah visi Kang Dedi Mulyadi—sebuah Jawa Barat yang lestari, mandiri, dan sejahtera.
Dan hari itu, di atas bukit yang menyambut sinar pagi, impian itu mulai berjalan. Bersama rakyatnya.